Hallobutterfly80 ich habe den boden nach deinem rezept und weg.hat super . Klasse rezept , der boden wurde so hoch, dass ich ihn wunderbar zweimal durchschneiden konnte.
Salahsatu cerita rakyat yang cukup terkenal di Riau adalah cerita rakyat Melayu Batu Belah Batu Betangkup (batu yang telah terbelah kemudian menutup kembali).Cerita rakyat melayu ini telah ditulis dalam sebuah buku untuk lebih memudahkan orang menemukan referensinya. Cerita tersebut tertuang pada buku Cerita Rakyat Melayu keluaran Adicita yang diberi judul Batu Batangkup dengan penceritanya
Keywords coastal culture, Batu Belah Batu Bertangkup, and anthropological literature Abstrak Cerita "Batu Belah" terdapat di beberapa daerah di Indonesia, bahkan di Nusantara. Cerita "Batu Belah" yang diceritakan kembali oleh BM Syamsuddin dalam bukunyaBatu Belah Batu Bertangkup (1 983) (B BBB) berasal dari Provinsi Kepulauan Riau.
CeritaLegenda Batu Belah Batu Bertangkup. Ketika itu sebuah desa tak jauh dari pantai, kerimbun pohonnya masih lestari. Air sunyi masih mengalir jernih, gemercik air terdengar dicelah batu. Pada zaman dahulu, disebuah ladang yang agak semak ditumbuhi rumput liar. Di cakrawala awan tipis berarak perlahan-lahan, cicit burung terdengar bercanda
Penulis Basari Mat Yasit Ilustrasi: Basari Mat Yasit Sinopsis: Batu Belah Batu Bertangkup merupakan sebuah cerita rakyat Melayu. Kisah batu puaka ini diceritakan semula oleh Basari Mat Yasit disertai dengan ilustrasi yang cukup menarik. Cerita ini telah dipermudahkan supaya sesuai untuk kanak-kanak. Namun, tidak hilan
PustakaFUHUA menerbitkan Batu Belah Batu Bertangkup (cerita rakyat 073) pada 2021-01-18. Baca versi flipbook dari Batu Belah Batu Bertangkup (cerita rakyat 073). Muat turun halaman 1-34 di FlipHTML5. Bawang Putih Bawang Merah Batu Belah Batu Bertangkup Mahsuri Puteri Buta Z. Leman Batu Belah1 3/13/12 12:04 AM Page 1 Z. Leman Ilustrasi oleh
BETANGKUP1959. Mengisahkan tentang dua orang adik beradik melalui liku-liku kehidupan setelah kematian ayah dan ibunya yang dikaitkan dengan puaka dari Batu Belah Batu Betangkup. Disebuah desa, ada satu keluarga 4 beranak yang mana ayahnya seorang nelayan manakala ibunya pula seorang suri rumah. Ayahnya meninggal di dalam hutan akibat di timpa
Chenderamatabintang. Buku ini adalah buku yang ketiga yang diterbitkan semenjak menggunakan nama 'Chenderamata Bintang' sebagai buku tahunan. Ia memuatkan rencana-rencana tentang kehidupan para bintang-bintang yang terkenal pada tahun 1959. application/pdf, 13.32 MB, 96 p., v. : ill.
Ceritamengenai batu belah batu bertangkup yang berpuaka itu bagaimanapun adalah tidak tepat dari segi sejarah. Sebenarnya, sebelumnya terdapat sebatang pokok Binjai yang berpuaka dan bukannya batu bertangkup sebagaimana diperkatakan dari mulut ke mulut sebelum ini. Pokok Binjai tersebut dipercayai didiami makhluk halus (jin) dan sering
Ceritabatu belah batu bertangkup, cerita batu belah batu bertangkup, cerita batu belah batu bertangkup, cerita batu menangis, cerita batu penjuru, cerita batu belah batu bertangkup, cerita batu menangis dalam bahasa inggris, cerita batu dan pasir, cerita batu gantung youtube, Buku Ally: Lagenda Mahsuri via bukually.blogspot.com
zwjzSHO. Kakak akan bercerita dongeng tentang legenda atu belah atu bertangkup. Pada kisah ini terlihat bahwa cinta kasih seorang Ibu tidak ada batasnya. Seorang Ibu mau mengorbankan dirinya untuk keselamatan dan kebahagiaan anak-anaknya. Dongeng Tentang Legenda Atu Belah Atu Bertangkup merupakan cerita rakyat dari Nangroe Aceh Darussalam. Cerita rakyat nusantara ini sangat terkenal di Nangroe Aceh Darussalam, dan dikisahkan dari mulut ke mulut. Penasaran dengan cerita lengkapnya? Yuk kita ikuti bersama. “Bu, aku pergi berburu dulu. Siapa tahu hari ini aku mendapat rusa untuk makanan anak-anak kita,” kata seorang pria pada istrinya. Istrinya mengangguk. “Berhati-hatilah, jangan sampai terluka,” jawabnya. Keluarga itu tinggal di sebuah desa di Tanah Gayo, Aceh. Mereka dikaruniai dua anak yang masih kecil. Mereka amat miskin, sehingga kadang dalam sehari mereka tak bisa makan dengan layak. Untuk persediaan makan, kadang sang Ayah menangkap belalang yang banyak berkeliaran di kebun. Belalang itu lalu disimpan dalam lumbung, bersama persediaan padi mereka. Sang Ayah selalu mengingatkan istrinya untuk selalu menutup pintu lumbung. Jangan sampai belalang-belalang yang ia kumpulkan dengan susah payah itu terbang keluar. Setelah sang Ayah pergi, si Ibu pun bermain-main dengan kedua anaknya. Anaknya yang sulung sudah agak besar, sedangkan yang kecil masih belajar berjalan. Hari semakin siang, tapi Ayah tak kunjung pulang. “Bu… aku lapar,” rengek si Sulung. “Tunggulah sebentar lagi, Nak. Ayahmu akan segera pulang membawa daging rusa. Kita bisa makan sepuasnya.” jawab Ibu. Si Sulung pun diam. Dalam hati ia berharap, semoga perkataan ibunya benar. Dongeng Tentang Legenda Atu Belah Atu Bertangkup Namun setelah lama menunggu, Ayah tak kunjung pulang. Si Sulung merengek lagi, “Bu… aku benar-benar lapar. Gorengkan saja beberapa belalang untukku.” Ibu menuruti permintaan anaknya itu. Ia sudah hampir beranjak ke lumbung untuk mengambil belalang, tiba-tiba si Bungsu menangis. Rupanya si Bungsu ingin menyusu. Sambil memangku anak bungsunya, Ibu berkata pada si Sulung, “Ambillah beberapa belalang agar Ibu goreng. Jangan lupa untuk menutup pintu lumbungnya, ya.” Si Sulung segera menuju lumbung. Kriiettt…. suara pintu lumbung dibuka. Dengan hati-hati ia melangkah dan mulai mencari belalang yang bersembunyi. “Aha… itu mereka,” teriaknya ketika melihat beberapa belalang be terbangan. “Hap… hap… hap…” dengan sigap si Sulung berusaha menangkap belalang itu. Namun aneh, beberapa saat kemudian, belalang-belalang itu sudah tak tampak lagi. Si Sulung heran, kemana belalang-belalang itu? Bukankah tadi mereka masih terbang di sini? Jantung si Sulung berdegup kencang. Pintu lumbung terbuka lebar! Ia lupa menutup pintu. “Aduh… mengapa aku begitu bodoh? Sekarang belalangnya kabur semua, Ayah dan Ibu pasti akan memarahiku.” Si Sulung terduduk lemas. Ia tak berani pulang ke rumah. Di rumah, Ibu menunggu si Sulung. “Mengapa lama sekali? Ada apa dengannya?” tanya Ibu dalam hati. Ibu kemudian menyusul ke lumbung. Dilihatnya pintu lumbung terbuka dan tampak si Sulung sedang duduk menangis.”Ada apa, Nak?Apa yang terjadi?” tanya ibunya cemas. “Belalang-belalang kita terbang keluar semua, Bu. Aku lupa menutup pintunya,” jawab si Sulung sambil terus terisak. Ibunya menghela napas. Suaminya pasti akan marah besar mengetahui hal ini. Namun semuanya sudah terjadi. Waktu tak bisa diputar kembali. “Sudah… sudah… ayo kita pulang. Biar Ibu yang menjelaskan pada Ayah.” Sesampainya di rumah, Ibu menyuruh si Sulung untuk makan. Hanya nasi saja, tanpa lauk pauk. Sambil memandangi kedua anaknya ia terus berpikir, apa yang akan ia katakan pada suaminya. Sore harinnya Sang suami pulang dengan wajah lesu. Ia tak membawa sedikit pun hasil buruan. Sambil menyeka keringat Ayah berkata, “Hari ini kita tidak beruntung Bu. Aku tidak mendapatkan apa-apa. Jangankan rusa, tikus pun tak terlihat olehku.” “Lagi-lagi hari ini kita harus makan belalang,” gumam si Agah. Ibu dan si Sulung saling berpandangan. Dengan berhati-hati si Ibu berkata, “Maafkan aku, Yah. Tadi waktu mengambil beras di lumbung, aku lupa menutup pintunya. Semua belalang itu kabur, jadi aku tak bisa memasaknya. Hari ini kita hanya bisa makan nasi tanpa lauk.” Ya, Ibu berbohong untuk menutupi kesalahan si Sulung. Ia tak ingin suaminga memarahi anaknya. Mendengar hal itu, Ayah langsung naik pitam. “Apa? Bukankah sudah seribu kali kukatakan jangan lupa menutup pintu lumbung?” teriaknya. “Benar Yah, tapi aku benar-benar lupa. Maafkan aku,” kata Ibu lagi. “Maaf? Seharian aku mencari makanan untuk keluarga kita, dan kau bahkan tak bisa menjaga belalang-belalang itu.” Tiba-tiba Ayah berdiri dan masuk ke kamar. Ia mengeluarkan semua baju dan kain Ibu. “Keluar kau dari rumah ini. Aku tak sudi punya istri yang tak bisa menjaga kepercayaanku!” usirnya. Si sulung terkejut. Ibu pun terkejut. “Mengapa Ayah tega mengusir Ibu? Ibu kan sudah minta maaf?” tanya si Sulung sambil menangis. “Tak usah membela ibumu, “Nak. Dia tidak layak menjadi ibumu.” jawab Agah. Hati perempuan itu sangat sakit mendengar kata-kata suaminya. Ia tak menyangka suaminya akan mengusirnya begitu saja. Namun ia tahu benar tabiat suaminya. Jika suaminya sudah berkata begitu, maka itulah yang harus terjadi. Sambil memunguti baju dan kainnya, si Ibu pamit pada kedua anaknya. “Maafkan Ibu, Nak. Ibu harus keluar dari rumah ini. Jaga diri kalian, ya?” katanya sambil mencium kedua buah hatinya. Ia berjalan tak tentu arah dan akhirnya tiba di depan sebuah batu besar yang dikenal dengan nama Atu Belah. Atu Belah adalah batu yang bisa terbelah dan menelan orang yang mendekatinya dalam keadaan sedih. Batu ini tidak menyukai orang yang bersedih. Sayangnya, si Ibu tidak mengetahui hal tersebut. Ia malah duduk di depan batu itu sambil meratapi nasibnya. Tiba-tiba, Bumi bergetar. Batu besar itu bergerak-gerak, kemudian kraakk… batu itu terbelah dua. Tanpa sempat menyadari apa yang terjadi, si Ibu sudah tertelan oleh si Atu Belah. “Ibuu… jangan tinggalkan kami… kembalilah Bu…” tiba-tiba terdengar teriakan si Sulung. Rupanya, diam-diam ia dan adiknya mengikuti Ibu. Tapi mereka terlambat, ibu mereka sudah ditelan Atu Belah. Si Sulung menangis dan menyesali kecerobohannya. Ia merasa bersalah telah menyebabkan ibunya bernasib demikian. Sambil menggendong adiknya, ia mendekati Atu Belah itu. Ia mengusap-usapnya dan berkata, “Semoga Ibu bahagia… aku sungguh menyesal telah menyusahkan Ibu. Doakan kami, supaya bisa bertahan tanpa Ibu.” Tiba-tiba dari dalam batu muncullah beberapa helai rambut Ibu. Si Sulung yakin, Ibu sengaja memberikan rambutnya untuk melindungi anak- anaknya. Si Sulung memetik tujuh lembar rambut ibunya dan menjadikannya jimat. Jimat itu ia gunakan untuk melindungi dirinya dan adiknya dari segala bahaya. “Selamat tinggal, Ibu….” Pesan moral dari Dongeng Tentang Legenda Atu Belah Atu Bertangkup adalah dengarkan nasihat kedua orangtua. Jika kamu berbuat salah, segeralah meminta maaf pada mereka. Kasih ibu sepanjang masa, ia pasti mengampuni kesalahan kita. Berlaku sebaliknya ketika kita melihat kesalahan orang lain, berjiwa besarlah untuk memaafkan.
Antara khazanah rakyat Malaysia ialah cerita-cerita rakyat dankhazanah ini seharusnya dipelihara supaya kekal sepanjang zaman. Oleh itu, buku-buku cerita seperti ini sering diterbitkan dalam pelbagai yang terdapat dalam siri ini Awang Janggut Puteri Lelasari dengan Ular Tedung Tanggang Derhaka Puteri Labu Bawang Putih Bawang Merah Batu Belah Batu Bertangkup Mahsuri Puteri ButaZ. LemanZ. LemanIlustrasi oleh Zaidi YamanPenerbitan Hartamas23 Jalan 3/57 B,Off Jalan Segambut Bawah,Segambut, 52100 Kuala Lumpur.© Penerbitan HartamasPurpustakaan Negara Malaysia Data Pengkatalogan-dalam-PenerbitanZ. Leman Batu belah batu bertangkup / pengarang Z. Leman. Siri khazanah cerita rakyat ISBN 983-634-250-6 set ISBN 983-034-246-8 1. Folk literature, Malay. I. Judul. II. Siri. cipta terpelihara. Tiada bahagian buku ini boleh diterbitkansemula, disimpan untuk pengeluaran, ditukarkan ke dalam apa bentuksekalipun, sama ada secara elektronik, mekanikal, penggambaransemula, perakaman ataupun sebaliknya, tanpa izin terlebih dahuludaripada Penerbitan Hartamas. Dicetak di Malaysia oleh Grand Art Printing & Packaging Sdn. Bhd. 31, Jalan Jasa Merdeka 1A, Taman Datuk Thamby Chik Karim, Batu Berendam, 75350 khazanah rakyat Malaysia ialah cerita-ceritarakyat dan khazanah ini seharusnya dipelihara supayakekal sepanjang zaman. Oleh itu, buku-buku ceritaseperti ini sering diterbitkan dalam pelbagai bentuk. Kami tidak ketinggalan dalam usaha ini supayakhazanah ini terus terpelihara sepanjang demi generasi dapat menghayati cerita-ceritaini yang penuh dengan nilai-nilai murni. Semoga usaha ini dapat menambahkan bahanbacaan untuk kepentingan pendidikan zaman dahulu, ada sebuah negeribernama Cendana Puri. Negeri itu sebuahnegeri yang mundur lagi. Keadaankampung-kampungnya penuh hutanrimba. Raja yang memerintah bernamaAlam Syah. Baginda disegani oleh sekalianrakyatnya. Kehidupan rakyatnya hanya bekerjasebagai petani dan nelayan. Kebanyakanmereka hidup miskin tetapi bahagia. Antara rakyat negeri itu ada seorangperempuan bernama Mak Desa. Suaminyatelah meninggal dunia. Mak Desa tinggaldengan dua orang anaknya, seorangperempuan dan seorang lagi lelaki. Anak perempuan Mak Desa bernamaBunga Melor. Usianya dua belas tahun,manakala anak lelakinya pula bernamaBunga Pekan, berusia enam tahun. 1Mak Desa dan keluarga tinggal dikampung yang terpencil. Di sekitarkampung penuh dengan hutan seribu langkah dari rumahmereka, ke arah barat terdapat sebuahbatu besar. Kononnya, batu itu berpuakadan boleh menyedut manusia. Semua orang takut hendak pergi kesitu. Selama ini tiada seorang pun beranimendekati batu itu. Batu berpuaka inidiberi nama Batu Belah Batu Bertangkup. Keluarga Mak Desa sangat mereka buruk. Setiap hari, merekabercucuk tanam untuk hidup. Kadang-kadang Mak Desa menangguk ikan dipaya untuk dibuat lauk. Melur dan Pekan sedar akankemiskinan hidup mereka itu. Oleh itu,mereka selalu menolong ibunya membuatbermacam-macam pekerjaan. Rumahjiran-jiran mereka agak jauh juga darisitu. 4Pada suatu hari, Mak Desa hendakpergi menangguk ikan. Dia pun bersiap-siap. “Melur, Pekan, tinggallah di rumahbaik-baik. Mak hendak pergi menanggukikan,” kata Mak Desa kepada anak-anaknya itu. Kedua-dua adik-beradik itu gembiramendengar kata-kata ibu. Merekaberharap ibu mereka akan membawapulang ikan-ikan yang besar. Sebentar kemudian, Mak Desamenuju ke sebuah kawasan paya. Di situmemang terdapat banyak ikan. Mak Desasudah biasa menangguk ikan di paya itu. Mak Desa menangguk ikan ber-sendirian. Dia bekerja kali ini agak baik keranamendapat beberapa ekor ikan. Hatinyaberasa sangat gembira. 5Namun Mak Desa terus nenangguklagi. Dia mahu menangkap ikan seberapabanyak yang boleh. Tiba-tiba, dia melihatada seekor ikan tembakul di dalamtangguknya itu. “Oh, bertuahnya aku! Ikan inisedang bertelur nampaknya,” kata MakDesa. Dia membelek-belek ikan dia membuat keputusan untukpulang. “Ikan apa itu mak?” tanya Pekanketika ibunya sedang mempersiang ikanyang bertelur itu. Pekan suka melihattelur-telur ikan tersebut. “Inilah ikan tembakul namanya,”beritahu Mak Desa dengan senang hati. “Tentu telur-telur ikan itu sedaprasanya jika digoreng,” kata Melur pula. “Ya, mak akan goreng ikan ini,” kataMak Desa. 8Selesai sudah Mak Desa menggorengtelur-telur ikan tembakul itu. Diasingkansebahagian untuk dimakan oleh anak-anaknya itu. Ada beberapa ketul lagidisimpannya di atas para untuknya. “Sedapnya telur ikan ini,” Pekanmakan dengan gelojohnya. Sekejapsahaja telur-telur ikan goreng itu habisdimakan bersama-sama kakaknya. Ada pun Mak Desa masih terasapenat. Oleh itu dia tidak berselera untukmakan. Dia pun pergi berehat. Ketika diaberehat, rupa-rupanya dia terus terlelap. “Ah, mak aku sudah tidur! Akuhendak tengok telur goreng simpannya,itu,” kata Pekan. Rupa-rupanya, dia belumpuas makan telur-telur ikan tembakul itu. 9Akhirnya, telur ikan tembakul di ataspara ditemui. Tanpa diketahui olehsesiapa, Pekan makan telur itu sehinggahabis. Setelah kenyang, dia berpura-puratidur. Mak Desa mula berasa lapar. Diateringat akan telur goreng yang disimpan-nya itu. Dia pun pergi ke dapur untukmengambil telur itu tetapi telur itu tidakada lagi. “Siapa yang makan telur-telur gorengini?” tanya Mak Desa kepada anak-anaknya. Tiada seorang pun dan Pekan tuduhmenuduh di antarasatu sama lain. Hati Mak Desa berasa sangat sedih.“Kamu berdua ni memang tidak sayangkepada mak, kempunan Mak tidakdapat makan telur ikan tembakul,” kataMak Desa berasa kesal dengan sikapanak-anaknya itu. 12Air mata si ibu berlinangan. Tiba-tibasahaja dia menjadi benci melihat anak-anaknya sendiri. “Oh, aku adalah ibu yangmalang. Anak-anak tidak sayang kepadaaku lagi!” kata Mak Desa dengan suarayang pilu. Kemudian Mak Desa meninggalkanrumah. Dia mahu membawa dirinya yangmalang itu. Si ibu berjalan meredah hutan matanya terus berlinang. Dia tidaktahu ke mana arah tujuannya. “Mak! Mak! Jangan tinggalkan kami!”teriak Melur dan Pekan mengejar ibu mereka. Namunbegitu, Mak Desa tidak menghiraukanmereka lagi. Bagi Mak Desa, perbuatananak-anaknya amat melukakan hatinya. 13Dari jauh si ibu terdengar ada suaramemanggil-manggil namanya. Dia punberlari mendapatkan suara itu. “Mari kesini! Mari ke sini, Mak Desa!” kedengaransuara itu memanggil-manggil. Sebenarnya, itu adalah suara BatuBelah Batu Bertangkup. Kemudian MakDesa berkata, “Batu Belah BatuBertangkup, telanlah aku hidup-hidup,aku kempunan telur ikan tembakul!” Mendengar rintihan itu, batuberpuaka itu pun bergegar serta berbunyigarang. Ia mahu menyedut Mak Desa terus berkata lagi, “Batu BelahBatu Bertangkup, telanlah aku hidup-hidup, aku kempunan telur ikantembakul!” Melur dan Pekan terus mengejar ibumereka. “Mak! Mak! Jangan tinggalkankami!” kata mereka merayu-rayu. 16Sebentar kemudian si ibu berada dihadapan batu berpuaka tersebut. Ketikaitu, mulut batu itu terbuka luas. Mak Desabenar-benar sudah berputus asa. Kesudahannya Mak Desa masukjuga ke dalam mulut Batu Belah BatuBertangkup. Batu berpuaka itu puntertutup semula. Melur dan Pekan tidakdapat berbuat apa-apa. Mereka hanyamenangis. “Adik ku Pekan, mak telah menjadikorban batu berpuaka ini,” kata Melur. “Kak, ibu kita tidak ada lagi,kemanakah kita harus pergi?” tanyaPekan pula. “Kita tunggu mak di sini dik,” jawabMelur. Kedua-dua mereka terus teresak-esak. Mereka duduk menunggu di situhingga menjelang malam. 17Pada malam itu, ketika sedangtidur, Melur bermimpikan ibunya yangmemberitahu sesuatu. “Anak-anakku,tinggalkan tempat ini dan mulakan hidupbaru. Kamu berdua akan mendapatsesuatu yang baik nanti,” pesan si ibu itu. Kemudian ibu mereka berpesan lagi,“Jika kamu dalam kesusahan, datanglahke sini. Mak boleh tolong kamu berdua.” Pada keesokan harinya, Melur cubamenyempurnakan pesanan itu. Diamengajak adiknya pergi merantau.“Manalah tahu hidup kita berdua lebihbaik, dik,” kata Melur penuh harapan. Pekan bersetuju. Akhirnya, merekaberdua pun meninggalkan batu berpuakaitu. Mereka berjalan menghala ke arahbarat. 20Sudah terlalu jauh mereka berduaberjalan. Mereka berasa sedih. Apabilasampai di suatu tempat, tiba-tiba merekabertemu dengan seorang wanita tua. Diaadalah nenek kebayan yang baik hati. “Wahai cucu-cucu berdua! Kemanakah kamu hendak pergi?” tanyanenek kebayan kepada Melur dan Pekan. Wanitu tua itu menggembirakankedua adik-beradik itu. Melur menceritakankejadian yang berlaku ke atas merekaberdua. Nenek kebayan berasa simpatidan ingin menolong mereka. “Jika begitu, tinggallah bersama-sama nenek. Nenek pun tinggal seorangdiri,” kata nenek kebayan memujuk. 21Pelawaan itu diterima dengansenang hati. Sejak itu, tinggallah Melurdan Pekan di pondok nenek nenek kebayan adalah menjualbunga-bungaan. Melur dan Pekan turutmenolongnya. “Kadang-kadang nenek menjualbunga sampai ke istana raja,” beritahunenek kebayan tentang pekerjaanya. Tahun demi tahun Melur menjadi gadis remaja,manakala Pekan pula menjadi seorangpemuda yang kacak. Nenek kebayangembira kerana mereka berdua telahdewasa. Hidup nenek kebayan juga ber-tambah senang. Melur dan Pekan banyakmenolongnya dalam setiap pekerjaannya. 24Pada suatu hari, heboh berita tentangputeri Raja tidak sedarkan diri. Ramaibomoh dan dukun cuba menyembuh-kannya, namun tidak berjaya. Raja AlamSyah serta permaisuri benar-benar berasabimbang. “Jika ada sesiapa dapat menyembuh-kan puteri beta ini, segala permintaannyaakan beta tunaikan,” kata Raja Alam Syahmembuat janji. Ramai orang cuba menyembuhkanputeri tetapi gagal. Kemudian Pekantampil. Melur menyuruhnya membawatuan Puteri ke Batu Belah Batu Bertangkup. “Di sana nanti mungkin tuan Puteridapat disembuhkan,” kata Pekan kepadabaginda Raja. Raja Alam Syah membawa tuan Puteri ke tempatyang disebutkan. 25Di hadapan Batu Belah BatuBertangkup, Pekan dan Melur pun berseru.“Mak! Anakmu datang mengharapkanpertolongan. Puteri Raja tidak sedarkandiri.” Serta-merta batu itu terbuka suara Mak Desa menyuruhPekan membawa tuan Puteri masuk kedalam. Orang yang berada di situ menjadicemas. Apabila tuan Puteri dibawa keluartuan Puteri telah sembuh. Raja Alam Syah sangat juga permaisuri. Mereka terhutangbudi kepada Pekan dan juga Melur yangberjasa itu. “Pemuda ini memang padan jikadijodohkan dengan puteri kita itu,” katabaginda Raja. Permaisurinya bersetuju. Akhirnya Pekan berkahwin denganputeri Raja yang jelita. Mereka hidupbahagia. Melur dan nenek kebayandibawa tinggal di Istana yang indah itu. 28Jawab soalan-soalan di bawah ini1. Bagimanakah kehidupan rakyat di negeri Cendana Puri dan apakah pekerjaan mereka?2. Siapakah penduduk miskin di negeri Cendana Puri?3. Tidak jauh dari rumah tiga beranak itu terdapat batu besar berpuaka. Apakah nama batu berpuaka itu?4. Apakah yang menyebabkan Mak Desa ditelan batu berpuaka itu?5. Pada malam itu, Melur bermimpi. Siapakah yang muncul dalam mimpinya?6. Siapakah yang ditemui oleh Melur dan Pekan dalam perjalanan menuju ke batu puaka itu?7. Apakah pekerjaan nenek tempat Melur dan Pekan menumpang tinggal?8. Apakah yang telah berlaku kepada Puteri Raja?9. Dalam keadaan yang genting itu, siapakah yang tampil menghadap Raja?10. Ke manakah Tuan Puteri itu dibawa untuk mengubati penyakitnya? 29
- Menurut Pudentia, legenda adalah cerita yang dipercaya oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang juga membedakannya dengan mite. Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis, legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian Kisah Batu Belah Batu Bertangkup sudah sering saya dengar sejak saya masih kecil, dan cerita ini merupakan sebuah kisah lagenda yang terkenal buat masyarakat Melayu yang berarti batu yang bisa terbuka dan tertutup terbelah dan kemudian bersatu kembali. Batu Belah Batu Bertangkup mendapat nama sempena sebuah bongkah batu besar yang pada lagendanya mempunyai ruang mulut yang ternganga dan terbuka seperti sebuah gua atau batu terbelah dua, namun mengeluarkan suara yang kuat dan menyeramkan. Cerita rakyat ini tidak hanya ada dalam masyarakat Melayu Sambas tetapi juga mempunyai cerita / versi masing-masing berdasarkan keadaan disekitarnya, seperti di Riau, Bangka Barat, Aceh, bahkan Malaysia yang terletak di Kampung Batu Belah, Kapar, Klang. Berikut adalah cerita rakyat Melayu Sambas 'Batu Belah Batu Betangkup', saya tulis berdasarkan apa yang saya ketahui tanpa merubah alur cerita aslinya, AYO simak baik-baik dan Selamat Membaca. Konon, pada zaman dahulu ada sebuah desa yang berada di pesisir laut Natuna sekarang kawasan Tanjung Batu Kecamatan Pemangkat, masih banyak terdapat pepohonan nan rimbun dan berlatar belakang Gunung Gajah yang menambah keindahan panoramanya. Di cakrawala awan biru berarak perlahan-lahan, kicauan burung terdengar bercanda lincah di pepohonan, sang ombak pun menambah gemuruh suasana di kawasan Tanjung Batu yang kita kenal sekarang. Mata pencarian masyarakatnya pada masa itu dominan menangkap ikan di laut. Tampak seorang ibu setengah baya bernama 'Mak Masnah' sedang menggendong kayu api yang didapatnya dari hutan, pekerjaan Mak Masnah sehari-hari adalah mencari kayu api di hutan kemudian ia jual di pasar dan berladang untuk menghidupi keluarga kecilnya. Mak Minah menjadi tulang punggung keluarga sejak ditinggalkan oleh sang suami melaut yang tidak pernah kunjung pulang. Dari suaminya, ia dikaruniai 2 dua anak yang mempunyai paras cantik dan tampan bernama Yanti putri sulung berumur 12 tahun dan Zoel putra bungsu berumur 3 tahun. Demi 2 dua buah hati kesayangannya, Mak Masnah harus membanting tulang setiap harinya agar kedua anaknya tidak kelaparan. Meskipun sudah bekerja dengan sangat keras, terkadang Mak Masnah tidak mendapatkan kayu api sesuai keinginan, akan tetapi ia tidak mengeluh karena selalu mengingat anak-anaknya. Ia tidak berani untuk berkeluh kesah yang tiada gunanya karena tidak tahan melihat bayangan anak-anaknya yang kelaparan dibenaknya. Hingga pada suatu hari, Mak Masnah pulang dari hutan untuk mencari kayu api dan hasilnya tidak seperti yang ia bayangkan, dan kalau dijual tidak mencukupi untuk makannya pada hari itu. Mak Masnah pun pergi ke tepi laut yang banyak berhamparan bebatuan menjorok ke laut. Disana banyak ikan tembakul, dan Mak Masnah pun mencari kesana kemari mencari ikan tembakul yang biasa berjalan di pantai yang penuh lumpur dengan sirip dan ekornya. Ikan tembakul hidup di 2 dua alam seperti katak, bentuknya mirip ikan gabus mempunyai mata yang besar menjorok ke luar mirip mata iguana. Orang setempat menyebutnya ikan Tembakul untuk berukuran besar dan Ikan Nengok untuk yang berukuran kecil biasa hidup di air payau berlumpur. Dua jam Mak Masnah mencari ikan tembakul, badannya penuh lumpur dan merasa cukup untuk tangkapannya hari ini, ia pun langsung pulang kerumahnya karena ia sudah sangat lapar, dan tidak sabar mau memasak ikan dan telur tembakul untuk kedua anaknya. Sesampai di gubuk tuanya, Mak Masnah langsung membersihkan ikan tembakul untuk di ambil telurnya dan setelah itu siap untuk memasaknya. Akan tetapi, ia lupa kalau persediaan kunyit dan jahe sudah habis. Biasanya Mak Masnah untuk keperluan bumbu dapur hanya tinggal mengambil di kebun belakang gubuk tuanya. Sembari mau mengambil kunyit dan jahe, Mak Masnah pun merebus telur tembakul hanya dengan garam "Yanti, cepat kemari. Ibu mau ke belakang rumah sebentar mau mengambil kunyit dan jahe. Tolong, lihat masakan Ibu di dapur", kata Mak Masnah dengan suara lantang. "Iya, bu......", jawab Yanti sambil mengendong adiknya. "Adikmu tolong di jaga baik-baik, jangan biarkan bermain api dan tunggu sampai Ibu kembali ya nak. Rebusan telur tembakul masih belum diberi rempah. Ingat, jangan di makan dulu dan tunggu sampai Ibu kembali", kata Mak Masnah sambil mengambil tanggui caping. "Baik, bu...", jawab Yanti. *** Sejam kemudian, setelah si Ibu pergi, tiba-tiba adiknya menangis karena kelaparan. Yanti pun bingung harus berbuat apa, sedangkan si Ibu sudah berpesan agar tidak menggangu telur tembakulnya. Tapi sang adik semakin lama semakin kuat suaranya. Yanti pun dengan sangat terpaksa harus melanggar amanat orangtuanya karena sang adik yang terus menangis, semakin lama semakin keras. Karena perut Yanti juga ikutan berbunyi yang menandakan lapar, ia pun ikut memakan telur tembakul. Tanpa mereka sadari, telur tembakul hasil rebusan ibunya habis tanpa sisa. Waktu semakin sore, si Ibu pun masih belum kunjung pulang, matahari sudah mulai tenggelam. Tak lama kemudian, terdengar orang membuka pintu rumahnya dan tidak lain tidak bukan adalah Mak Masnah. Dengan keringat bercucuran dan tubuh yang tampak letih dan lesu, ia sangat terkejut melihat telur tembakul yang ia masak tadi sudah tidak bersisa. Betapa sedihnya Mak Masnah dengan kelakuan anaknya yang tidak bisa menjaga amanah orangtuanya. Namun apa hendak dikata, nasi sudah menjadi bubur, penyesalan selalu datang kemudian, walau Yanti berusaha meminta maaf tapi sakit hati ibunya masih belum hilang. Si ibu terus menangis karena ulah kedua anaknya, mau pergi ke pantai lagi pun hari sudah gelap dan ibu merasa kemponan telur tembakul. Dengan derai air mata Mak Masnah menyudahkan segalanya. Pada keesokan harinya Mak Masnah menyiapkan bubur seperiuk untuk anak-anaknya. Setelah itu ia pergi meninggalkan anaknya yang masih tertidur ke arah pantai dan mendekati sebuah batu keramat di kawasan Tanjung Batu sambil berbicara dan menangis. Batu tersebut juga bisa membuka lalu menutup kembali, layaknya seekor kerang. Orang-orang sering menyebutnya dengan batu betangkup. Disisi lain, tak selang beberapa menit sang anak terbangun dan langsung menyantap hidangan yang ditinggalkan ibunya. Tengah asyik makan, Yanti tersadar kalau ibunya akan meninggalkannya. Maka bergegaslah Yanti dan Zoel menyusul ibunya. “Wahai Batu Belah Batu Batangkup, telanlah saya hingga leher. Saya kemponan telur tembakul, Saya tak sanggup lagi hidup dengan kedua anak saya yang tidak patuh kepada orang tuanya,” kata Mak Masnah. Batu betangkup pun kemudian menelan tubuh Mak Masnah, hingga yang tertinggal dari tubuh Mak Minah sebagian rambutnya saja. Anak-anak Mak Masnah kebingungan mencari ibunya, hingga sampailah mereka di batu keramat dan mereka mereka menemukan ujung rambut Mak Masnah yang terurai ditelan batu belah batu betangkup. Kedua anaknya spontan menangis histeris melihat kenyataan kalau orangtuanya sudah meninggalkannya selama-lamanya. "Ibu.... ibu.... maafkan kami, pulang bu pulang, kasihan Izoel kelaparan susu kalau Ibu tidak pulang", ratapan Yanti sambil membelai rambut ibunya. “Wahai Batu Belah Batu Batangkup, kami membutuhkan ibu kami. Tolong keluarkan ibu kami dari perutmu,” ratap Yanti kembali. “Tidak!!! Kalian sudah membuat hati ibu kalian sakit dan patah. Kalian tidak menyayangi dan menghormati ibumu,” jawab Batu Belah Batu Batangkup. Mereka terus meratap dan menangis. Cerita Rakyat Melayu Sambas Batu Belah Batu Betangkup ini berasal dari Kecamatan Pemangkat yang memberikan pesan moral kepada anak-anak khususnya, dan semua orang pada umumnya agar bisa selalu patuh akan perintah orang tua, pentingnya sebuah janji dan berani bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Cerita ini memiliki nilai pesan moral yang cukup baik untuk anak-anak dan semua orang.